Rabu, 09 Januari 2013

TUKAR GULING LAHAN BIREUEN


Tukar Guling Lahan di Bireuen

Pangdam IM, Mayjend Adi Mulyono menjelaskan prinsip-prinsip  tukar guling, 2011
Tukar guling tanah milik TNI dengan Pemkab Bireuen  bertujuan mulya yakni untuk perluasan Rumah Sakit Umum dr Fauziah yang sudah dimulai sejak tahun 2006, masa ke-Bupati-an dipimpin oleh Pak Mustafa Geulanggang. Banyak kemajuan administrasi yang ditempuh kala itu dan aku mengakui kinerja kerjasama antara pihak Pemkab Bireun dengan jajaran TNI cukup memuaskan hingga hadirnya beberapa surat keputusan yang dapat dilihat hingga sekarang. Pekerjaan administrasi itu dipimpin oleh Drs Azhari Usman, Msi, selaku Asisten Pemerintahan dan Tatapraja (Ass I) kala itu. Dia memang aparatur cekatan dan tanpa keluh meskipun dia pernah mengakui kepadaku banyak berita kurang sedap tentang dirinya seputar pengurusan tukar guling lahan itu. Aku dengan Pak Azhari lumayan akrab karena kami pernah sama selaku asisten di Pemkab Bireuen. “Sama-sama mukim,” kata Pak Azhari mengistilahkan jabatan asisten yang kami emban. Perjalanan administrasi yang dibangun Pak Azhari itu terhenti pada 2007, dampak pertukaran pimpinan daerah, yakni kepada Bupati Nurdin Abdul Rahman.

Razuardi Ibrahim menyambut Pangdam IM, Mayjend Zahari Siregar
mengunjungi lokasi pembangunan Makodim Bireuen, 2012
Lokasi tukar guling yang telah berlangsung sejak 2006, yakni lahan Makodim dan Asrama Yonif 113 yang terletak di pusat Kota Juang dengan lahan milik Pemkab Bireuen di Blang Bladeh. Pihak Pemkab Bireuen baru menyelesaikan timbunan lokasi, pembangunan beberapa buah rumah dan perkerasan jalan. Secara anggaran, Pemkab Bireuen telah melakukan investasi tukar guling sebagai konskwensi program ini.  Aku meyakini, jika masa pemerintahan Bupati Mustafa masih dua atau tiga tahun lagi berakhir, masalah ini tidak berlarut-larut karena terjadi kesinambungan program dan kegiatan dan juga beliau mampu menggerakkan staf secara maksimal.
Danrem 011/LW,
Kol  Inf A Rahim Siregar
Pada tahun 2010 pengurusan administrasi tukar guling itu berlanjut setelah terbangun dialog kembali antara Dandim 0111/Bireuen, Lelkol Inf E Reza Pahlevi, dengan Bupati Nurdin Abdul Rahman. Hingga jelang akhir masa jabatan Pangdam Iskandar Muda waktu itu, Mayjend Hambali, pihak Pemkab Bireuen diundang ke Banda Aceh untuk menghadap. Bupati Nurdin, Ketua DPRK Bireuen, Ridwan Muhammad dan aku selaku Kepala Bappeda bergegas bertemu Pangdam sesuai jadwal yang ditentukan. Dalam pertemuan yang juga dihadiri para petinggi Kodam Iskandar Muda, juga Mayjend Adi Mulyono turut hadir, Mayjend Hambali menyatakan bahwa pihaknya mendukung sepenuhnya proses tukar guling ini. “Ini tugas kemanusiaan,” kata Panglima sambil menggambarkan betapa hebatnya Bireuen jika peluasan rumah sakit di lahan tukar guling itu terealisasikan. Melihat suasana di ruangan itu, aku merasa mendapat surprise luar biasa. Betapa tidak, tiga Jenderal TNI Angkatan Darat meluangkan waktu untuk memberi perhatian pembangunan rumah sakit di Bireuen. Ketiga para Jenderal tersebut, yakni Mayjend Inf Hambali, Mayjend Inf Adi Mulyono dan Brigjend Inf Pandu. Di samping itu, beberapa petinggi lain juga turut hadir, yakni Kol Mirza Agus, Kol Dedi, Kol Karim serta Letkol E Reza Pahlevi. Dari rapat hari itu aku dipesankan menysusun rencana kerja dan mengumpulkan kembali dokumen pendukung yang pernah ada. Lantas aku kumpulkan dokumen prosesi tukar guling sejak awal dari arsip Pemkab, yang terbanyak dari Kodim sendiri. Sementara yang belum lengkap dilakukan peninjauan dan pembuatan dokumen bersama oleh tim Pemkab dan Kodim Bireuen, selanjutnya aku bukukan agar tidak tercecer.
Letkol Inf E Reza Pahlevi,
Dandim Bireuen 2010-2011
Letkol Inf M Arfah,
Dandim Bireuen 2011-2012

Letkol Kav Asep Solihin
Dandim Bireuen 2012
Beberapa hari kemudian, Pangdam Iskandar Muda digantikan oleh Mayjend Adi Mulyono. Untuk melanjutkan tugas tukar guling, Panglima baru ini intens menanyakan perjalanan administrasi dan fisik di lapangan. Tidak lama dari waktu itu Komandan Kodim Bireuen pun berganti dari Letkol inf E Reza Pahlevi kepada Letkol Inf M Arfah. Sebelum serah terima di antara mereka, Letkol E Reza Pahlevi, Letkol M Arfah, aku dan Pak Mustafa Glanggang pernah bicarakan hal tukar guling ini di Cafe Bengkupi pada suatu malam. Di tingkat Kodim pun perhatian untuk menyelesaikan proses tukar guling cukup intens. Percepatan yang dilakukan Pak Arfah bersama anggota terlihat dengan selesainya beberapa buah rumah di Komplek Makodim Blang Bladeh karena di lokasi asrama yang ada, rumah anggota akan dipakai untuk bangunan baru ruang rawat inap rumah sakit umum.  

Dalam penelitian bersama antara Tim Kerja TNI dan Pemkab Bireuen, terinformasikan bahwa lahan untuk Makodim seyogianya seluas 5 hektar, namun yang baru diselesaikan pada masa Bupati Mustafa A Glanggang hanya 2,8 hektar sehingga dibutuhkan sumber dana untuk membebaskan seluas 2,2 hektar lagi.  Setelah peninjauan ke Bireuen yang dilakukan Gubernur Irwandi Yusuf dan Panglima Mayjend Adi Mulyono, para pimpinan daerah ini memaklumi kondisi keuangan Bireuen yang relatif berat untuk menyelesaikan persoalan ini secara cepat. Pak Adi Mulyono menyarankan agar provinsi turut menangani percepatan penyelesaian tukar guling ini.  Saran itu direspon cepat oleh Pak Irwandi dengan memerintahkan Pemkab Bireuen membuat surat dan penyiapan dokumen pembayaran. Jelang akhir 2011, Murdani yang waktu itu sudah menjabat sebagai Asisten I di Sekdakab Bireuen aku instruksikan secara lisan membangun tim kerja yang cepat dan kuat. Tim kerja bentukan Murdani tidak memerlukan waktu lama untuk menyiapkan administrasi usulan pembayaran ganti rugi sisa lahan ke provinsi, sukses tiada kendala.

Dalam melanjutkan tugas Pak Reza (panggilan akrab masyarakat Bireuen kepada Letkol E Reza Pahlevi), Pak Arfah (panggilan akrab kepada Letkol M Arfah) lebih intens menyelesaikan perencanaan Makodim dan asrama, sesuai arahan dokumen yang dipersiapkan sejak tahun 2006 dahulu. Pak Arfah menyikapi desain rumah dengan koreksi-koreksi kecil karena Dandim ini memahami bentuk bangunan, pernah kuliah di Sekolah Arsitektur. Aku juga mempersiapkan staf Dinas PU yang tangguh seperti, Ikhwani, Arifonna, dan beberapa yang lain. Tatkala mendesain kantor Makodim, aku dan Pak Arfah berdiskusi serius terhadap bentuk atap. Aku menyarankan atap piramida bersusun dua, “kalau berlapis tiga terlalu mirip dengan mesjid tradisional Aceh masa lalu,” kataku, disambut tawa rekan-rekan kerja. Lantas aku membuat sketsa atap yang kumaksud seperti terlihat pada bangunan Makodim hari ini. Pak Arfah mengangguk setuju, begitupula Pak Danrem, ketika kami laporkan. “Bagus, kita juga harus pertahankan budaya lokal,” katanya.

Razuardi Ibrahim
Perhatian Komandan Korem 011/Lilawangsa terhadap proses tukar guling ini juga sangat besar. Beliau selalu menanyakan kepada Dandim Bireuen tingkat kemajuan yang dicapai. Wujud dari perhatian ini, Danrem Lilawangsa mempersiapkan waktu untuk meletakkan batu pertama pembangunan Makodim 0111/ Bireuen di lokasi tukar guling Desa Blang Bladeh. “Cuaca di pagi Senin, 9 Januari 2012, cukup  cerah.  Bupati Nurdin beserta para pejabat Setdakab Bireuen ceria sedang menanti kedatangan Danrem Lilawangsa, Kolonel Inf A Rahim Siregar, di Meuligoe Bireuen. Sekitar pukul sembilan rombongan Danrem tiba, disambut kalungan bunga oleh kelompok penari cilik yang sejak pagi telah bersiap. Hari itu Danrem dipeusijuk oleh ulama Bureuen sebelum bergerak menuju lokasi pembangunan Makodim di Blang Bladeh, Kecamatan Jeumpa, Bireuen. Bangunan kantor Kodim 0111/Bireuen yang akan dibangun seluas 624 meter persegi, sementara standar denah yang dilakukan tetap mengakomodir standar keruangan dari tata bangunan TNI-AD. Peletakan batu pertama Mokodim 0111/Bireuen dihadiri para Muspida Bireuen, pejabat struktural di  Diawali dengan peusijuk oleh Imuem Syik Mesjid Agung Bireuen, dilanjutkan oleh Bupati Bireuen,” ekspose media.

Namun banyak kalangan mempertanyakan, peletakan batu pertama telah lama berlangsung tapi pembangunan belum juga memperlihatkan tanda-tandanya. Beberapa bulan setelah peletakan batu pertama terjadi pergantian Panglima Kodam IM, dari Mayjend Adi Mulyono kepada Mayjend Zahari Siregar. Dalam beberapa hari bulan Ramadhan 1433 H, Panglima Mayjend Zahari Siregar mengunjungi Bireuen.  Sasaran yang dituju salah satunya pembangunan Makodim yang belum dimulai. Aku ditelepon Pak Asep, Dandim Bireuen, untuk hadir di Blang Bladeh memberi penjelasan tentang pembangunan Makodim dan perumahan asrama. Aku senang, karena Panglima Zahari Siregar memahami apa yang aku sampaikan seraya disambut guyon oleh beliau. Dahaga puasa hilang seketika. Sekira dua atau tiga bulan setelah terjadi tanya jawab tentang solusi percepatan pembangunan prasarana ini, pembangunanpun dimulai lagi. Kondisi per Nopember 2012, pekerjaan telah mencapai 60 persen.

Pembangunan Makodim Bireuen per 09012013
Pada awal Desember 2012, Pak Arfah menghubungiku,”wah Pak Raju, kok saya dengar isunya di Bireuen pembangunan Makodim itu atas kemauan Pak Arfah dan Pak Raju,” katanya. “saya juga mendengar cerita serupa pak, dari elite birokrat. Mungkin mereka tidak paham administrasi saja pak,” jawabku sambil tertawa. Begitupun aku senang di dalam ketidakpahaman adminstrasi dari kerabatku sesama aparatur birokrasi yang serta merta terpupuskan oleh perhatian besar para petinggi di jajaran Kodam Iskandar Muda untuk mendukung program tukar guling ini. Aku berdoa, semoga perhatian bapak-bapak kerabat kerja di jajaran TNI yang telah membantu percepatan tukar guling ini sehingga ruang rawat inap rumah sakit terbangun relatif cepat menjadi amalan dari Allah SWT, amiiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar