Jumat, 25 Januari 2013

SERI FAKULTAS TEKNIK-9


Evaluasi Angkatan 1980

Saat mahasiswa angkatan 1980 masuk ke Fakultas Teknik, dekan fakultas masih dijabat oleh Ir M Ali Ismail, M Eng. Sebelum mulai perkuliahan, dilakukan masa perkenalan dengan para dosen yang akan memberi mata kuliah. Pertemuan itu dilaksanakan di Aula lama yang terbuat dari kayu dan beratapkan seng. Pada saat itu, Pak Ali juga menjelaskan tentang tata tertib perkuliahan serta jumlah sistem kredit smester (SKS) yang harus dipenuhi. “Untuk mencapai sarjana, mahasiswa harus menyelesaikan 144 SKS,” jelas Pak Ali ketika itu.
Razuardi Ibrahim, 1983, tatakala
sebagai mahasiswa teknik sipil
angkatan 1980
Dosen wali untuk mahasiswa angkatan 1980 jurusan teknik sipil sejumlah 2 orang, yakni Ir Joesbenz dan Ir Muntasir AM. Aku sendiri dibimbing oleh Ir Joesbenz dengan jumlah SKS yang diberikan untuk  smester I, 24 SKS yang meliputi semua mata kuliah. Kendala utama yang dirasakan seluruh mahasiswa pada masa itu ialah kelangkaan tenaga pengajar.  Kami sungguh memaklumi kondisi ini, karena setelah mengajar pada kelas dan angkatan lain, para dosen harus memenuhi jam pada kelas kami. Namun demikian, kondisi mengajarkan kami untuk mencari tau tentang mata kuliah mana saja yang dosennya tidak masuk atau berhalangan. Lazim juga, dosen-dosen tertentu menempel pengumuman jadwal mulai perkuliahan.

Akhir ujian smester pertama, Desember 1980 dengan pengumuman ditempel bagian pengajaran pada bulan Januari 1981, banyak kawan-kawan mulai resah. Tidak jarang tersaksikan kawan-kawan yang hanya lulus 1 atau 2 mata kuliah saja. Sebagian mahasiswa senior mulai memberi doktrin keliru saat itu dengan semboyan, “kuliah santai, ujian hobby, lulus  nasib, dan sarjana impian.”   Hambatan besar yang aku dan rekan seangkatanku rasakan pada smester 3, Juli-Desember 1981, saat mengisi kartu rencana studi (KRS). Di tahun itu, beberapa matakuliah digabung dengan SKS yang dijumlahkan. Sebagai contoh, pada smester I, mata kuliah matematika terdiri dari matematika 1 dan 2, masing-masing 2 sks. Adalagi matakuliah dengan kondisi serupa, seperti fisika, mekanika teknik, dan lainnya. Kebijakan penggabungan yang dilakukan fakultas cukup baik, namun bagi mahasiswa yang hanya lulus 1 bagian dari pelajaran yang akan digabung, tentu harus mengulang pada smester yang sama tahun berikutnya. Aku mengalami hal seperti itu untuk pelajaran mekanika teknik asuhan Pak Bustam. Mekanika teknik 3, 2 sks, dengan materi analisa momen inersia, aku memperoleh nilai C. Sementara mekanika teknik 4, 2 sks, dengan materi pusat berat yang banyak menggunakan kalkulator, aku mendapat nilai D. Kutulis dikertas jawaban ujian waktu itu hanya rumus ditambah kata-kata, “saya belum punya kalkulator.” Terkait dengan kebijakan kurikulum penggabungan mata kuliah, mungkin, Pak Bustam memanggil aku bersama beberapa rekan untuk diujian-kan di rumah beliau di Punge Blangcut, Banda Aceh. Ujian yang diberikan Pak Bustam singkat dan cepat, yakni dengan cara menyuruh aku menulis sebuah rumus momen inersia, kemudian ditanyakan makna dan prinsip dari simbol-simbol yang ada. Waktu itu juga Pak Bustam memberiku nilai B. Tatkala penggabungan menjadi mekanika teknik 2, 4 sks, nilaiku menjadi B. Aku senang sekali waktu itu, seraya berdoa agar banyak dosenku yang bijak serupa itu. Ternyata memang banyak dosenku yang bijak di tahun-tahun berikutnya.  
Tugas Akhir, Razuardi Ibrahim, NIM 80410570/TS
Banyak kawan-kawanku yang sama-sama plonco tidak kujumpai lagi pada smester-smester berikutnya. Ada yang tidak mau melanjutkan kuliah lagi, ada yang pindah, dan ada juga yang kerja di perusahaan atau lulus pegawai negeri. Pada satu malam (19/01/13), aku duduk bersama Yuhanis, rekan se-angkatan, di Banda Aceh untuk suatu tugas evaluasi pembangunan jalan Bireuen-Takengon. Kami bercerita tentang jumlah rekan seangkatan yang jadi sarjana. Sejak saat itu, aku tak sabar ingin mengungkap apa yang ditanyakan Yuhanis. Seraya pulang ke Lhokseumawe, aku mengingat-ingat tentang buku nama-nama alumni yang dibuat Pak Ali Ismail. Daftar urut nama-nama lulusan diadopsi dari Buku Alumni, yang disusun Ir M Ali Ismail M Eng, berdasarkan tanggal kelulusan ujian sarjana dan tahun wisuda. Hingga tahun 1988, jumlah mahasiswa angkatan 1980 yang meraih sarjana teknik sipil sebanyak 27 orang. Sementara, jumlah mahasiswa teknik jurusan sipil yang mengikuti kuliah waktu itu diperkirakan sebanyak 70 orang, terdiri dari 2 kelas, masing-masing kelas sebanyak 35 orang. Artinya, mahasiswa angkatan 1980 yang melanjutkan perkuliahan hingga ke jenjang sarjana berkisar 20 persen dengan masa perkulian tercepat sebanyak 2 orang, selama 6 tahun. Mahasiswa yang menyelesaikan kuliah selama 7 tahun sebanyak 7 orang dan selebihnya sejumlah 18 orang menduduki bangku kuliah selama 8 tahun. Aku tidak mengetahui, apakah ada mahasiswa seangkatanku yang diwisuda setelah 1988.

Mencermati data yang ada, kecenderungan bidang keahlian yang dipilih oleh mahasiswa teknik angkatan 1980 bervariasi, yakni bidang keahlian struktur  8   orang, pengelolaan 1 orang, hidroteknik  6  orang,  transportasi  4  orang, dan geoteknik 8  orang. Artinya, dua bidang favorit yang diminati mahasiswa angkatan 1980, yakni struktur dan geoteknik.

1.     Ir Yuhanis Yunus, kelahiran Banda Aceh, 6 Desember 1961, wisuda 1986, keahlian bidang Geoteknik
2.     Ir Zulkifli Abu Bakar, kelahiran Aceh Utara, 21 Desember 1961, wisuda 1986, Hidroteknik

3.     Ir Isfan Riadi, kelahiran Banda Aceh, kelahiran 2 Nopember 1960, wisuda tahun 1987, Geoteknik
4.     Ir Cut Lisa, kelahiran Banda Aceh, kelahiran 1 Januari 1961, wisuda tahun 1987, Geoteknik
5.     Ir Zahedi, kelahiran Meukek, kelahiran 11 Juli 1961, wisuda 1987, Geoteknik
6.     Ir Fauzi, kelahiran Alue Bilie, kelahiran 21 Juni 1960, wisuda 1987, Geoteknik
7.     Ir Zulkifli, kelahiran Samalanga, kelahiran 15 Pebruari 1961, wisuda 1987, Struktur
8.     Ir Susalit Alius, kelahiran Banda Aceh, kelahiran 8 Juli 1960, wisuda 1987, Struktur
9.     Ir Mesti Karo-karo, kelahiran Keriahen, kelahiran 29 Agustus 1960, wisuda 1987, Struktur

10.  Ir Muhammad Zarnil, kelahiran Lhokseumawe, 14 Mei 1958, wisuda 1988, Geoteknik
11.  Ir Henry, kelahiran Banda Aceh 21 Mei 1961, wisuda 1988, Struktur
12.  Ir Syamsul Bahri, kelahiran Manggeng, 22 Pebruari 1959, wisuda 1988, Hidroteknik
13.  Ir Razuardi, kelahiran Banda Aceh, 9 Desember 1961, wisuda 1988, Geoteknik
14.  Ir Herman Yous, kelahiran Meulaboh,  9 September 1959, wisuda 1988, Hidroteknik
15.  Ir Maimun, kelahiran Pidie, 8 Pebruari 1960, wisuda 1988, Geoteknik
16.  Ir Syukri, kelahiran Seunong 1959, wisuda 1988, Hidroteknik
17.  Ir Sulaiman, kelahiran Jeunieb, 1960, wisuda 1988, Transportasi
18.  Ir Musri, kelahiran Meureudu, 10 Oktober 1959, wisuda 1988, Hidroteknik
19.  Ir Bachruddin, kelahiran Kutacane, 18 januari 1959, wisuda 1988, Transportasi
20.  Ir Azwir Mansyah, kelahiran Padang panjang, 22 Juni 1954, Struktur
21.  Ir Laksamarda, kelahiran Semarang, 19 Januari 1961, wisuda 1988, Hidroteknik
22.  Ir Guntur Saragih, kelahiran Pematang Siantar, 3 Desember 1960, wisuda 1988, Struktur
23.  Ir Patris Ade Remaja, kelahiran Medan, 26 Desember 1961, wisuda 1988, Struktur
24.  Ir Gusrizal, kelahiran Banda Aceh, 28 Maret 1960, wisuda 1988, Tranportasi
25.  Ir Yon Indra, kelahiran Balai Tengah, 26 Agustus 1960, wisuda 1988, Transpotasi
26.  Ir H Sofyan S, kelahiran Banda Aceh, 8 April 1960, wisuda Struktur
27.  Ir Fachruddin, kelahiran Pangwa, 2 Juni 1960, wisuda 1988,  Pengelolaan

TGA, karya Isfan Riadi 
Jika tidak diperhitungkan adanya wisudawan angkatan 1980 di tahun berikutnya maka dapat disimpulkan bahwa, 7 dari 27 lulusan angkatan 1980 bekerja mandiri sebagai konsultan. 2 orang bekerja di perusahan negara, 3 orang berprofesi sebagai dosen, selebihnya 15 lulusan berstatus birokrat. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar