Rabu, 16 Januari 2013

PROFESIONALISME HARUS BERTAHAN


Razuardi Ibrahim rapat dengan
pengusaha konstruksi Bireuen, 2011
Profesionalisme Harus Bertahan
200712

Setelah mutasi pejabat Bireuen terakhir masa Bupati Nurdin, yang ke 25, tanggal 19 Juli 2012, beberapa kawan datang membicarakan hal itu. Mereka sebagian dari pejabat idealis yang masih menjabat tanpa gundah terhadap gelombang mutasi yang terjadi. “Saya tidak mungkin membeli jabatan,” kata Yanfitri, Kepala Bappeda Bireuen. Ketika itu mess Ganesha ramai didatangi orang-orang termasuk masyarakat setempat. “Memang kalau kita idealis bakal tergeser,” ungkap Darwo aktifis Benfica.   Mereka berjam-jam membahas soal itu karena mutasi ke 24 yang dilakukan pada 17 Juli, dua hari sebelum yang ke 25, cukup menghebohkan lewat berita koran Serambi Indonesia. Aku mendengarkan bahasan mereka tanpa respon karena cerita M Yusuf yang terkena mutasi beberapa hari lalu cukup kumaklumi sebagai keniscayaan.  Namun sebagian mereka selalu menggangguku yang lagi mengetik perbaikan propsal mahasiswa. Aku menjawab ringkas persoalan mereka seputar idealisme seorang aparatur, “kita profesionalis, bukan idealis,” kataku menyahuti keinginan mereka.

Idealisme merupakan kelengkapan aparatur dalam menjalankan profesionalismenya. “Tidak mungkin profesionalisme kita terbangun tanpa memahami konsep idealisme dari profesi kita,” jelasku disambut penasaran Darwo dan kawan-kawan. Aku juga menjelaskan kepada mereka, bahwa tidak ada hubungan jikalau aparatur bekerja dengan ideal maka ianya tidak akan memperoleh kesejahteraan alias tidak kaya. Mereka terbahak mendengar pejelasanku, mungkin rada aneh jawaban serupa itu di masa sekarang. Yanfitri menginformasikan tentang beberapa pejabat yang masih memiliki pemikiran tidak mau membeli jabatan, “hidupnya tenang-tenang saja tanpa masalah,” kata Yanfitri melanjutkan. Aku memahami apa yang disampaikan Yanfitri terhadap beberapa pejabat yang dimaksudkan. Kekeliruan yang terjadi sebenarnya pada saat memahami arti sebuah jabatan, yakni antara anugerah dan amanah. Dapat dipastikan jika konsep jabatan diartikan sebagai amanah, tentu tidak serta merta mengorbankan segalanya untuk merebut tanggungjawab jabatan itu. Namun jika diartikan sebagai anugerah dapat diramalkan kondisi apa yang terjadi.

Yanfitri juga menjelaskan pejabat yang memiliki pemikiran bahwa jabatan adalah amanah tinggal sedikit lagi, tanpa menyebutkan persentasenya. Meskipun sedikit, kata Yanfitri konsep ini harus dapat bangkit kembali mewarnai Bireuen di masa yang akan datang.  Jelang Ashar, kami bubar sambil sama berpesan, “profesionalisme harus bertahan”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar