Rabu, 10 Oktober 2012

MEMBANGUN SEJARAH DUA BANGSA

-->
Bupati dan Pejabat Pemkab Bireuen

Seminar Tun Sri Lanang Digelar Desember 2011
YAYASAN Tun Sri Lanang Jakarta bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Bireuen, akan menggelar Seminar Situs Sejarah Tun Sri Lanang (S3TSL) di Samalanga, Kabupaten Bireuen, 8-9 Desember 2011. Dalam acara ini akan dihadirkan puluhan raja-raja asal Malaysia yang merupakan ahli waris langsung Tun Sri Lanang. Seminar ini bertujuan mengungkap kembali kisah perjalanan Tun Sri Lanang saat memimpin Negeri Samalanga (1615-1659).  Samalanga, salah satu kecamatan dalam Kabupaten Bireuen, menyimpan sejarah besar yang berkaitan erat dengan Malaysia. Di sana berdiri tegak  rumah dan makam Dato’ Bendahara Tun Sri Lanang, raja pertama Samalanga yang diangkat oleh Sultan Iskandar Muda. Tun juga dikenal sebagai pujangga terkemuka melalui karya besar yang cukup populer, yakni kitab Sulalatus Salatin (Pertuturan Segala Raja-raja). Ketua Yayasan Tun Sri Lanang Jakarta, Pocut Haslinda, keturunan ke delapan Tun Sri Lanang, mengatakan seminar ini direncanakan akan dilaksanakan selama dua hari tiga malam. Nantinya diisi dengan kegiatan pembukaan atau seremonial, pembahasan makalah, pameran situs-situs sejarah, serta malam kesenian guna mengeratkan silaturahmi Aceh-Melayu. “Nanti akan ada peletakan batu pertama Kawasan Wisata Sejarah di Masjid Raya, Dayah Mudi Mesra. Awalnya kita rencanakan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia sendiri yang melakukannya,” ungkap Pocut seraya menyebutkan pemusatan masjid raya untuk mengingatkan tentang keberadaannya yang pernah dibangun masa Tun Sri Lanang dan beberapa kali direnovasi hingga saat ini. Untuk itu, ia mengharapkan dukungan dan partisipasi banyak pihak agar dalam prosesnya nanti bisa terealisasi sebagaimana yang diharapkan. “Untuk malam kesenian, nantinya akan ada hiburan yang menampilkan kesenian negeri jiran Malaysia maupun Aceh,” ujar Pocut. Sementara itu, Yayasan Tun Sri Lanang Jakarta juga telah menjalin kerjasama dengan Aliansi Penulis Bireuen (ALIBI), untuk menyusun resume Kerangka Acuan Kerja (KAK) agar memudahkan dalam pengaplikasiannya kelak. KAK ini disusun setelah kedua pihak mengunjungi langsung titik-titik situs sejarah yang menjadi fokus kunjungan undangan yang diperkirakan mencapai 500 orang. [desi saifan]
Persiapan teknis panitia, Sabri(dir sejarah), Wiwi (EO), Rifki(DPR-RI), Muslem (DPR-RI), Dirjen Kebudayaan, Pocut Haslinda(Yayasan Tun Sri Lanang), Nurdin Abdul Rahman (BUPATI BIREUEN, Razuardi Ibrahim, Desi (LSM-ALIBI), 2011
puisi anak melayu dari kejauhan, di rantau orang
 Jendela
100712-03;31;57

Jendela memberi ruang
Bingkai satu menjelajah kehidupan luar
Kadang ternikmati separuh malam
Saksikan lampu jalan,
pepohonan
Pun bintang bulan
Sesekali hembusan angin dingin mencubit
Tirai bergerak pelan
Jendela menimbulkan kesan
Saksi

Jendela bingkai kayu
Batasi rupa saksi
Boleh sinar bulan berbaur awan
Kadang juga gerimis
Pun rerundukan pohon karena angin
Ya, bingkai kayu itu antarkan mataku ke luar sana
Jendela........

Ya, jendela tanpa nama
Hanya berbingkai kayu berwarna
Tak ada keceriaan  
Hanya hembusan mengantarkan kelegaan

Jendela pembatas padu di dinding
Kabarkan ceria belaian ibu
Pada bayi munggil

Sekedar pembatas
Beribu umpama diibaratkan atasnya
Alirkan rangkaian cerita dengan kisah beraneka warna
Malam tadi jendela itu menyedot  alam pikirku

Pikirku yang bertanya
Gelora kasihnya yang tulus

Pikirmu terlampaui
Bukan maksud hati meningkahi
Namun jua rasa menepi harap menguap begitu saja
Namun kisah jendela kunikmati yang terlalui

Kumaklumi sapamu tangah malam
Dalam lelapku
Jendela hantarkan alun pikir ke seberang

Jikalau tak terjaga
Tentu mataku tak tertumbu pada benda terbingkai itu
Mulanya pula hantarkan lamunanku hingga tak terpejam lagi

Oho jendela
Penyimpan cerita
Pengikat lamunan kekasihku
Jangan kau siksa dia hingga pagi

Jendela itu milikku dengan ceritanya
Bukan milik kekasihmu
Tak terasa mata terjaga dengan kisahnya yang berlalu

Jendela yang tak boleh termiliki
Rengkuhlah .................
Asal titipmu bahagia
Jaga tidur dekapan si mungil   

Kutarik kursi agar leluasa menatap ke luar jendela
Jelas terlihat semesta di langit
Yang redup berganti terang sesekali
Padahal inginku lihat lalu lalang dan deru kendaraan melamban
Memecah kesunyian

Aku mahfum andil jendela malam itu
Hibur rasa yang kau miliki
Kuatkan rasa indah si mungil
Bersamamu hingga pagi

Sudahlah bahasan kita cukupkan
Lanjut saja repot-repotnya pak

Ya, akhiri kisah jendela musim ini
Dan tersenyumlah bersama jelang siang ceria
Meski saatnya jendela terbuka
Jalani perannya........

Razuardi Ibrahim bersama tamu dari Malaysia, 2011
Razuardi Ibrahim sebagai Pemateri pada seminar Tun Sri Lanang, 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar