Senin, 08 Oktober 2012

APRESIASI KARYA DEMI KARYA

Karya Kawula 
 
Mengorbit, 2008
Sambung Suara, 2007
Mahkota dan Pembersih, 2008 dan 2010
Reptil Bali, 2007
Banyak karya kawula yang mesti diberi apresiasi oleh berbagai kalangan. Terlebih lagi karya yang mampu menyentuh emosi tersimpan, yang bisa membangun kreativitas baru. Meskipun pada komunitas tertentu, karya terpilih sangat ditentukan selera. Ada yang selera dengan produk bambu, tanah, kain, bahkan dari logam. Namun apapun alasannya, beberapa karya anak bangsa dalam kemasan hadiah di halaman ini merupakan pemicu banyak hal positif.       




Cerita Peternak
091206
 
Dalam suatu perjalanan di seputar Kabupaten Bireuen, kerap terlihat di sana-sini lahan yang masih kosong tanpa tanaman, rumah tinggal, dan fasilitas lainnya.  Melihat kondisi ini wajar saja terlintas pada setiap orang untuk bertanya sendiri, “ ….mengapa lahan ini dibiarkan kosong ,………..tidak produktif………..”.

Adalah seorang peternak yang sedang memotong rumput di kawasan Bukit Teukueh, Kecamatan Kota Juang, Kabupaten Bireuen, kalau tidak salah Apa Min, begitu ia menyebut nama dirinya. Lumayan menarik dialog ringan dengan Apa Min ini menyangkut keinginan membangun ekonomi keluarganya.  Dengan kepolosan yang ada pada dirinya, iapun bebas bercerita dengan bahasa Aceh, “……..kerja saya sehari-hari ya begini, bangun tidur pergi ke sawah kalau sudah menanam padi, kemudian sekitar jam sembilan pagi saya ikat lembu dan kambing di tempat yang masih banyak rumputnya, ……. lantas jam setengah lima sore lepas ashar seperti sekarang ini saya potong rumput untuk makanan lembu saya di malam hari……………”, demikian jelasnya dengan semangat kesederhanaannya.

Setelah bercerita panjang lebar sambil menikmati beberapa batang rokok Apa Min menjelaskan lagi ketika ditanya mengapa lahannya seluas tiga hektar itu dibiarkan tumbuh   rumput ilalang tanpa ditanami tanaman berguna lainnya, “……..di sini hanya cocok kemiri,………dan untuk menanami tanaman kemiri ini saya tak punya modal…….”.  Ketika disela dengan pertanyaan “…..bagaimana kalau ada orang yang mau lahan ini dijadikan kebun kemiri seperti yang Apa Min katakan tapi pembagiannya jelas satu hektar setengah untuk Apa Min dan satu hektar setengah lagi untuk yang punya modal………………”. Tanpa berfikir terlalu lama Apa Min meng-iyakan ide ini, “…….saya pikir cocok tapi jangan bagi dua begitu……………jangan rugi saya, dua hektar untuk saya, satu hektar untuk yang kasih modal,……….”, demikian analisa Apa Min.

Dari dialog ini terilustrasi bahwa terdapat peluang membangun ekonomi kebersamaan antara pemilik lahan terlantar dengan pemodal. Tidak tertutup kemungkinan jika pemodal itu adalah pemerintah daerah tentu akan diperoleh dua keuntungan secara langsung. Keuntungan pertama adalah terciptanya kondisi pemberdayaan ekonomi masyarakat yaitu dengan meningkatnya produktivitas lahan masyarakat yang pada gilirannya mendorong pendapatan masyarakat itu sendiri. Sementara keuntungan yang kedua adalah penambahan jumlah asset di pihak pemerintah daerah. Kondisi ini terasa akan mampu membangkitkan pertumbuhan ekonomi alamiah meskipun diperlukan langkah-langkah pencermatan lebih mendalam agar tidak ada pihak yang dirugikan sehingga merugikan konsep pertumbuhan ekonomi alamiah itu sendiri”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar