Selasa, 30 Oktober 2012

RANGKA BAJA DAN APBK

Rangka Baja Merupakan APBK Wujud Lain

Waktu itu tahun 2000, aku dipercayakan Pak Hamdani Raden, Bupati Bireuen pertama, mengurus infrastruktur transpotrasi daerah, Kepala Dinas Bina Marga Kabupaten Bireuen. Dana pembangunan hampir tidak ada, kecuali anggaran yang telah diusulkan untuk infrastruktur semasa bergabung dengan Aceh Utara. Namun, banyak tuntutan penanganan jalan dan jembatan yang dimintakan masyarakat ke pemerintah kabupaten.

Kala itu, aku dengan beberapa staf yang minim sepakat membangun meski anggaran tidak memadai. Aku memberi pencerahan kepada bawahan di dinas, bahwa dalam satu jaringan jalan yang utama adalah jembatan. Karena seburuk-buruknya kondisi jalan dapat dilalui walau dengan susah payah. Tetapi jika jembatan tidak ada, jalan sebagus apapun tidak bermanfaat maksimal, dalam artian tidak dapat menyeberangkan orang dan barang.

Masalahnya, uang tidak ada dan sungai yang menjadi masalah relatif luas. Penanganan persoalan ini selayaknya dengan jembatan rangka baja yang mahal harganya. Menurut rekanku di Departemen PU, pemerintah membeli jembatan itu dari luar negeri seharga 2 dollar AS per kilogramnya.  Dalam 1 bentang rangka baja itu rata-rata beratnya 150 ton atau 150.000 kilo gram. Sementara Bireuen waktu itu membawa pulang  sebanyak 6 bentang yang berlokasi di Sarah Sirong, Blang Mane, Krueng Meuseugob, Krueng Lawang Wie dan Uneuen, dan Mon keulayu. Artinya jumlah berat yang diperoleh adalah 900.000 kilogram. Jika dihitung dalam jumlah uang sama dengan 1.800.000 dollar. Nilai dollar di tahun-tahun itu masih fluktuatif antara Rp 10.000,- hingga Rp 15.000,- per dollar AS. Jika dihitung nilai dollar Rp 10.000,- maka nilai bantuan konstruksi yang diperoleh yakni sebesar Rp. 9.000.000.000,-

Modal mendapatkan rangka baja waktu itu hanyalah, keterampilan perencana dinas, kelayakan proposal, kehandalan berdiskusi teknis dengan rekan-rekan di Departemen PU, dan kejujuran yang menumbuhkan kepercayaan. Kondisi ini dapat dipahamkan, bahwa pendanaan tidak hanya dari uang segar, namun dapat berupa keterampilan aparatur yang meyakinkan.

JEMBATAN MON KLAYU, 2010, terlambat selesai

1 komentar: