Rabu, 17 Oktober 2012

SENI ISLAMI

-->
Seni Islami
Perkembangan motif dalam seni ornamen Aceh telah berkembang sejak lama. Namun dalam tampilannya sering menimbulkan pertanyaan tentang ragam motif yang tersaji. Secara umum motif itu meggambarkan tumbuh-tumbuhan (flora) dan terkadang muncul sosok hewan (fauna). Oleh karena tradisi Islam tidak mengenal sosok hewan dalam seni motif, tentu perlu telaahan khusus tentang asal muasal infiltrasi motif hewan ini ke dalam ragam hias Islami.
Dikatakan seni Islami karena berhubungan langsung dengan praktek-praktek ibadah suci yang didasarkan kepada akidah dan syariat Islam. Ekspresi Islami yang dimaksudkan mudah disaksikan pada hiasan tepi lembaran Al Quran (iluminasi), sajadah, mimbar, dinding dan pintu mesjid, dan lain sebagainya, dalam bentuk ornamen.
Penggunaan materi ornamen juga punya batasan tertentu. Khususnya materi seni yang mengadopsi ayat-ayat Al Quran. Pensakralan Al Quran dalam pengadopsian mengharuskan para seniman membuat tulisan kaligrafi dengan benar.
Secara historis, tradisi gambar iluminasi dan lain sebagainya, dapat dikaji dalam dua hal sesuai prinsip akidah Islamiyah. Hal ini perlu dipahami para seniman Muslim, mengingat batasan mengekspresikan kreativitas Islamiyah haruslah mampu mencegah upaya pendegredasian akidah.
Oleh karenanya, dapat dinyatakan bahwa ada seni ornamen yang dibolehkan dan ada pula yang tidak dibolehkan. Untuk mudah diingat, bahwa seni ornamen yang diboleh terdiri dari 3K yakni :
·           Keindahan floramorfik, yakni pengakomodiran karakter bunga-bungaan dan tumbuh­-tumbuhan yang divisualkan ke dalam bentuk ornamen penghias;
·           Keindahan geometrik, yakni seni yang terakomodir sesuai kaidah matematika;
·           Keindahan kaligrafi Qur'anik, yakni paduan abjad hijaiyah, baik dalam bentuk ayat Al Quran dengan langgam indah.

Namun yang tidak dibolehkan atau terlarang dapat dikelompokkan ke dalam 5K yaitu :
·           Bersifat antropomorfik atau wujud manusia;
·           Bersifat zoomorfik atau wujud semua hewan;
Ukiran Kaligrafi di Mesjid Ulee Kareng, Banda Aceh
·           Bersifat animistik atau hewan sesembahan. Hal ini dapat dipahami dan sering memunculkan khilafiyah seperti pengkultusan hewan-hewan tertentu yang biasa dikisahkan dalam riwayat masa ke-nabian, salah contoh riwayat as habul kahfi, dan lain sebagainya ;
·           Bersifat idolistik atau ikonografik  atau simbol pemujaan keberhalaan;
·           Simbolisme ideologik yang dikaji dari lambang paham agama dan pemikiran sosial politik tertentu.

Oleh karena itu membuat ornamen Islami haruslah dipahami ajaran Islam melalui kajian Al Qur’an, Hadits, kebudayaan yang dibahas ulama jumhur serta cerdik pandai dalam telaah tafsir, hadits, filsafat dan metafisika Islam yang berkembang sejak masa lalu hingga menjadi rujukan sekarang sebagai tradisi dunia Islam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar