Rabu, 17 Oktober 2012

SETELAN PEJABAT

Setelan Pejabat

Waktu itu tahun 2008, aku masih menjabat Asisten Ekonomi Pembangunan (II). Di suatu Jum'at, aku pernah mendatangi suatu kantor camat menemani kerabatku yang merasa dipersulit untuk mendapatkan stempel dari kantor itu. Tidak hanya kantor camat, beberapa dinas penting-pun pernah kudatangi karena hambatan yang sama tanpa menyebut identitasku. Para pegawai di situ tidak mengenalku, apalagi pada hari Jum'at pegawai menggunakan pakaian bebas. Kebiasaanku memakai baju koko dengan penutup kepala sejenis rajutan lobe buatan masyarakat tempatan. 

Aku menyaksikan sendiri akting (setelan) para pejabat di beberapa tempat yang kudatangi tersebut. Aku menyimpulkan mereka sedang menjadi orang yang lain dengan akting baru, yakni :

  1. Setelan terkejut seakan tidak terinformasikan, biasanya tatkala bawahan datang menanyakan sesuatu untuk meminta keputusan.
  2. Setelan marah seakan sudah pernah diperintahkan tapi tidak dilaksanakan, biasanya tatkala datang orang luar yang menagih janji adminintrasi kepada atasan namun belum selesai maka dipanggillah bawahan untuk dilampiaskan marah.
  3. Setelah lupa, biasanya terjadi tatkala atasan ditagih oleh atasan yang lebih tinggi.
  4. Setelan sedih, biasanya terjadi tatkala atasan yang lebih tinggi memberi warning terhadap kinerja pejabat sedih ini.
  5. Setelan flu, biasanya terjadi tatkala datang banyak orang datang menuntut jawaban penyelesaian.
  6. Setelan pedas seolah-olah baru selesai makan siang dan belum boleh diganggu.
  7. Setelan lain yang belum kutemui.
Semua setelan itu ternyata tidak memberi solusi yang diperlukan para pihak yang berkepentingan saat itu. Aku juga tidak tahu tentang dari mana asal setelan-setelan serupa itu dan di mana saja tampilan itu diperlukan.  Hanya sebatas teknik penghindaran dari tuntutan penyelesaian masalah hari itu. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar