Sabtu, 02 Februari 2013

KANTOR BUPATI ACEH UTARA


Obsesi Pak Karim di Kantor Bupati

Kantor Bupati aceh Utara, 1993
Pada tahun 1993, tatkala baru memasuki Kantor Bupati Aceh Utara, Pak Karim melakukan observasi  keliling lingkungan kantor dan memeriksa semua ruang kerja. Para pejabat sekretariat membuntutinya di belakang, untuk menjawab tanya jawab tatkala diperlukan seketika. Aku juga ikut serta diajak rekan di Bagian Pembangunan Kantor Bupati yang juga khawatir kalau-kalau ada pertanyaan menyangkut konstruksi kantor itu.  Wajah Pak Karim serius dengan kerut di dahi tanda berfikir keras untuk menyimpulkan sesuatu, seraya memperhatikan tumpukan kertas dalam ikatan dokumen lama di luar lemari. Beberapa kepala bagian memberi alasan terhadap kondisi kantor yang semrawut. Sekira setengah jam berkeliling, Pak Karim menuju ruang kerjanya seraya berujar, “kantor ini mesti kita bangun segera.” Menurutnya, Kantor Bupati Aceh Utara merupakan simbol daerah yang harus nyaman melayani masyarakat. “Oleh karenanya, kantor harus menarik dan mudah dijangkau masyarakat,” katanya berkomentar.

Kantor Bupati aceh Utara baru, 1996
Waktu itu aku juga belum berani berdiri dekat Pak Karim, karena beliau masih menerima masukan dari orang-orang dekatnya yang juga aparatur daerah, seperti Om Ki, panggilan akrab Marzuki Hasybullah, adik kandung Pak Karim yang pada masa itu menjabat sebagai Kepala Dinas Pendapatan Daerah. Banyak juga orang-orang bertamu ke tempat Om Ki, dengan tujuan bermacam-macam. Aku dan Om ki sudah lama berhubungan baik, sejak beliau menjabat Kepala Bagian Pembangunan Setdakab Aceh Utara. Hubungan itu tidak lebih dari keterkaitan kerja, khususnya dalam hal penyusunan laporan pembangunan berkala. 
Pada tahun anggaran 1994/1995, tatkala aku ditunjuk sebagai pemimpin proyek IPJK, aku mulai sering dipanggil ke pendopo. Pada waktu mula-mula ke pendopo aku merasa canggung sekali, tatkala bertemu Pak Karim yang rada acuh kepadaku. Kali berikutnya, Pak Karim bertanya tentang alasan jalan banyak yang rusak. Aku bercerita tentang aspek teknis yang belum pernah beliau dengar sebelumnya sambil berkisah lucu. Hubunganku semakin akrab setelah Rima, anak Pak Karim menjelaskan bahwa aku keponakan Pak Binsari. Kisah-kisah yang kami ceritakan bergeser ke masa lalu, tatkala aku dan adik iparnya Kiki dihukum oleh Pak Karim karena mandi di kali, di tahun 1974. Akhir pertemuan pada suatu malam yang lain, Pak Karim mengajak cerita tentang arsitektur Aceh berikut motif dan warna. “Kita akan renovasi Kantor Bupati,”  katanya.

Dalam waktu yang tidak lama, staf Bagian Pembangunan Kantor Bupati menemui kerabatku di konsultan PT Pilar Teguh Perkasa. Staf itu menitip pesan Pak Karim, agar nanti malam ke pendopo membicarakan konsep kantor bupati. Maimun, direktur konsultan tersebut meminta aku turut serta karena masih sungkan dengan Pak Karim. Aku mengikuti permintaan itu dan sharing untuk mengilustrasikan bentuk serta ornamennya. Sejak saat itu Maimun intens berkoordinasi dengan pihak terkait untuk menyelesaikan rencana Pak Karim. Arsitek yang terlibat penuh dalam desain kantor itu Rachmatsyah Nusfi, Adi Safyan, dan T Faisal. Obsesi Pak Karim semakin dominan dalam penyelesaian kantor tersebut dan aku sering lihat beliau gusar tatkala desain yang diharapkan belum selesai. Pada tahun 1996 kantor itupun rampung, mengubah imej kawasan jalan T Hamzah Bendahara Lhokseumawe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar