Sabtu, 23 Februari 2013

MINDSET JABATAN STRUKTURAL


Mindset Jabatan Struktural

Setelah menjalani pekerjaan selaku pegawai negeri sipil selama kurang lebih 23 tahun, tidak belebihan jika aku mencoba mengungkap kondisi pejabat struktural dalam kurun waktu itu. Pengamatan yang aku lakukan sejak aku berstatus sebagai tenaga honorer di Dinas PU Aceh Utara, 1989. Kesimpulan awal yang aku dapati yakni, mindset seorang pegawai sangat dipengaruhi oleh sosok pertama kali yang dijumpainya dalam memimpin tim kerja. Jika sosok atasan yang dijumpainya seorang manusiawi dan cerdas maka manusiawi dan cerdaslah pekerja pemula itu. Begitu juga sebaliknya, tatkala yang bersangkutan bertemu dengan atasan pencuriga, tak mustahil pekerja pemula itu menjadi pengintai sesamanya.

Atasan dan rekanku sesama pejabat juga lumayan jumlahnya, mengingat aku berkarir dari pengawas lapangan dalam proyek jalan kabupaten. Dalam organisasi proyek, tentu aku memiliki pula beberapa atasan hingga pimpinan tertinggi kepala dinas. Tidak jauh berbeda, dalam jenjang struktural aku juga mengalami pola sama yang ber-urut dari kepala dinas hingga aku yang masih calon pegawai negeri sipil (CPNS atau 80%), pada 1990. Aku intens berdiskusi tentang hal ini dengan seniorku, Ir Zubir Sahimy, BmUE,  sejak tahun 2000-an. Banyak informasi darinya yang dapat dijadikan pencerahan dan pengubah pola pikir dalam bekerja.  Selain banyak jabatan yang pernah di-embannya, sosok Bang Zubir tidak pernah aku dengar memojokkan sosok tertentu dalam mengulas kekeliruan persoalan. Dia selalu memberi sharing terhadap upaya membangun kompetensi rekan-rekan yang berposisi pengambil keputusan atau kebijakan.

Dari hasil diskusi dan pengamatanku sejak kurun waktu 2002 hingga 2012, setidak-tidaknya terdapat 4 mindset pemangku jabatan fungsional dan struktural, mulai kepala dinas, kepala bidang dan kepala seksi, atau sebutan lain untuk tingkatan jabatan yang biasa dinyatakan dalam eselonering. Jumlah mindset ini bisa saja lebih dan sangat tergantung kepada kondisi atau suasana manajemen kepegawaian di daerah tertentu. Empat mindset tersebut, yakni :

Pertama, mindset Penikmat, yakni pemangku jabatan yang selalu menikmati fasilitas jabatan tanpa harus bersusah payah memikirkan tanggung-jawab atas kewajiban dari jabatan itu. Biasanya, para penikmat jabatan selalu sensitif terhadap isu mutasi dalam sistem organisasi jabatan struktural di lingkungannya.

Kedua, mindset Pegengsi. Mindset pemangku jabatan seperti ini selalu berupaya agar tetap berada dalam posisi menjabat. Orang serupa ini biasanya bekerja tanpa berani membuat keputusan selain menunggu petunjuk dan arahan atasan. Karena dia khawatir salah, dan jika salah berisiko rentan kehilangan jabatan. Jabatan baginya sebuah prestise yang harus didapat dengan berbagai cara. Orang ini tak sungkan mempertahankan atau meminta jabatan dengan mencari dukungan dari banyak tokoh, saudara, atau kerabat lainnya. Dia juga mampu membungkus dirinya dengan ragam pencitraan semu.

Ketiga, mindset Pelayan. Atasan yang kutemui ini cukup menyadari bahwa dirinya pelayan publik yang pelaksanaannya sudah diatur dengan undang-undang atau peraturan. Dia menjalankan tugas cukup disiplin, tidak lebih dan tidak kurang. Idealisme selaku pelayan cukup menjadikannnya sosok ini tanpa iming-iming atau ada yang mengistilahkan tanpa neko-neko untuk menuntaskan berbagai pekerjaan pelayanan.

Ke-empat, mindset Petarung. Pejabat ini mengejar masalah terkait tugasnya hingga tuntas tanpa peduli batasan telah melampaui waktu kerja. Target yang harus dicapai oleh petarung yakni tuntas masalah secepat mungkin, bila perlu diperoleh nilai tambah lainnya. Ciri pejabat seperti ini, dalam diskusi selalu mengungkap rencana tindak beserta alternatifnya. Di samping itu, maindset pemangku jabatan publik sebagai petarung ini kerap melakukan analisa penyelesaian masalah publik melalui pendekatan inventarisir masalah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar