Minggu, 03 Februari 2013

PE KA A-TIGA


Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) Ke-3

Seorang gadis cilik di arena PKA-3, 1988.
Bocah seusia ini tentu dapat berkisah tentang perjalanan
budaya Aceh ke masa mendatang
Aku meyakini anak ini pasti hebat sekarang
Didasari atas keinginan kuat agar budaya Aceh dapat menasional, merupakan penggerak utama masyarakat dan Pemerintah Aceh untuk menggelar kembali PKA-3 setelah 16 tahun vakum, sejak 1972 pada event PKA-2. PKA-3 diselenggarakan pada tahun 1988, di lapangan Blang Padang, Banda Aceh, pada masa Gubernur Aceh dijabat oleh Ibrahim Hasan. Dalam narasi penyambutan, hasil yang diharapkan dari event ini, yakni membangun dasar-dasar sejarah dari masa ke masa. Bukan hanya menyangkut filosofi tradisi yang mendasari pagelaran budaya kali ini, tetapi lebih dari itu PKA-3 mengusung bahasan tentang masyarakat Aceh meraih pertumbuhan berbagai aspek di masa depan. Dalam perhelatan ini, masyarakat Aceh menampilkan lebih dari 80  tarian tradisional dan kreasi baru. Di samping itu, banyak pula budaya yang sudah hilang dibangkitkan kembali dan dipakai menjadi kebanggaan bersama.

Biasanya aku hadir dalam event serupa ini, seperti pameran pembangunan dan lainnya, untuk bekerja mencari uang. Tapi dalam acara besar kali ini aku tidak dapat mengambil bagian penuh karena sedang menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Teknik Unsyiah. Namun demikian, ada beberapa kawan yang meminta aku membuat ornamen tulak angen di stand mereka. Berbeda dengan Rachmatsyah Nusfi yang kala itu mendapat tanggung jawab mendekor kawasan seluas 11 hektar itu. Banyak juga desain bangunan yang dibuat Rachmat di arena PKA. “Termasuk pembuatan pintu gerbang yang aku buat dengan konsep rangka kayu beratapkan papan,” katanya. Kala itu, perusahaan besar di Lhokseumawe dan wilayah Aceh lainnya menampilkan informasi tentang kinerja produksi yang menanjak. Tidak cuma itu, dalam event PKA-3 banyak teknologi pengolahan yang diperkenalkan kepada khalayak, selain aneka kesenian dan tradisi asal daerah tertentu.  
Aku di sela-sela kerja
di salah satu stand
PKA-3, 1988

Perhelatan itu sukses besar, terindikasi ramainya pengunjung dari berbagai propinsi di Indonesia dan tidak sedikit yang menyatakan apresiasi luar biasa. Cuaca secara umum sangat mendukung, meskipun sesekali mendung dan hujan. Dari mancanegara pun banyak yang datang, khususnya tamu dari negara-negara Asean. Promosi untuk PKA-3 lumayan baik dalam ukuran sampainya informasi pesta budaya ini ke seluruh Aceh sejak se-tahun sebelumnya, 1987. Secara pribadi, aku bangga saat itu karena tamu yang datang mengagumi kesenian Aceh yang ditampilkan di pentas-pentas acara. Aku juga teringat, pada malam ke-lima, kalau tidak salah, panggung utama patah karena banyak orang naik ke atasnya berlindung dari hujan. "Namun tidak ada yang cedera,"  ujar Rachmat tatkala bertemu dan membahas masalah itu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar