Senin, 25 Februari 2013

TELAAHAN SASTRA YESTERDAY


terjemahan sastra
Yesterday
Kemarin
  
Cuaca Kota Barcelona cerah hari itu. Hari Sabtu itu aku libur, tidak bekerja lembur seperti biasa memberi kuliah di Special College Barcelona. Pekerjaan tambahan itu aku jalani dengan senang hati, setidak-tidaknya untuk mengulang kaji keahlianku di bidang landscape. Namun sejak kemarin aku sudah rencanakan ke kota itu untuk bercengkerama dengan cintaku, Sefney.

Pagi-pagi sekali kutelepon Sefney tanya tentang kesehatannya, ”sehat Zel”, katanya. Aku senang bukan kepalang. Mana lagi ia mencoba bercanda lewat telepon dengan ku. ”Ah Sef, mestinya kau tidur bersamaku tadi malam”, kataku dalam hati.

Kuhidupkan mesin mobil sendiri, santai. Lalu lintas hari itu tidak seramai hari biasanya. Memang banyak anak muda yang bersepeda motor ugal-ugalan, mengganggu. Tapi tak mampu memancing aku marah, tertutupi bayang-bayang Sefney tersenyum cerah. Kunikmati perjalanan itu sambil bernyanyi-nyanyi kecil, lagu kesukaanku yang pernah kunyanyikan untuk Sefney via telepon. Kata-kata Diana Rosse dalam nyanyian itu sulit kulupakan, begitu juga Sefney. ”Karena kita tak mampu untuk selalu pergi menjauh,” begitu terjemahan kalimat romantis dalam alunan nada itu.

Perjalanan yang biasa menghabiskan waktu sampai satu jam tak lagi terasa menjemukan. Penggalan kata dalam lagu Diana Rosse cukup menghibur hati dan menjanjikan masa depan, setidak-setidaknya dalam anganku. Kusempatkan berhenti sebentar di kota kecil yang berada di lintasan perjalanan ke Barcelona. Di situ aku menikmati hidangan Starbuck, kopi kegemaranku. Sekira dua jam aku tawa riang bersama beberapa kenalanku di tempat itu.

Aku bergegas untuk melanjutkan perjalananku ke Barcelona.  Kutelpon Sefney untuk ketahui posisinya. ”Aku di rumah saja Zel, buat laporan”, jelasnya tentang posisi rumah yang dia maksud. Kutancap gas lebih dari sebelumya, berharap dapat waktu banyak bersenda gurau bersama wanita tercinta itu. ”Ah, biar kubeli beberapa buah-buahan kesenangannya”, bisik hatiku. Kuhentikan mobil di depan sederetan super market di pinggir jalan. Tak lama aku di situ, mobil kulajukan lagi. Bayangan wajah Sefney semakin jelas di pelupuk mataku seiring  semakin pendek jarak tempuh ke kediaman Sefney.

Tak berbilang jam, aku tiba di gerbang kediaman wanita rupawan itu. Kuparkir mobilku agak jauh, agar tidak mengganggu lalulintas yang lewat. Kupercepat langkahku agar aku lebih awal melihat keceriaannya pagi menjelang siang itu. Dia cantik sekali dengan senyum manja sembari mengadu kenikmatan suasana hati semalaman. Lama aku di tempat itu tertawa riang bersamanya. Sesekali dia mencubitku, dan sesekali pula dia mencuri menciumku dari belakang. ”Uhh”, aku terkejut, dia tertawa lebar, ”Aku kangen sekali”, ungkapnya.

Siang itu kami makan siang bersama berdampingan, ”Ini masakan beli semua”, katanya mengomentari hidangan nikmat di meja. Aku melahapnya dengan tenang, nikmat ditambah jarinya yang sesekali mencubit pahaku. Libidoku mulai terusik sesekali. Apalagi dia memandangku dengan tatapan manja dan tajam. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar