Jumat, 08 Februari 2013

PENDIDIK M ALI ISMAIL


Pendidik Muhammad Ali Ismail

M Ali Ismail, 1988
Pada tahun 1980 saat aku baru masuk kuliah, Ir M Ali Ismail, M Eng, menjabat Dekan Fakultas Teknik Unsyiah. Aku baru bertemu dengannya di smester 4, pada pelajaran Mekanika Tanah 2 dan praktikum. Sosoknya simpati, kerap tertawa tatkala bertanya kepada kami dan mendengar jawaban yang keliru dari kami. Hampir semua mahasiswa menyeganinya karena beliau komit terhadap ucapannya. Selain itu, beliau sangat tulus memberi penjelasan terhadap konsep materi kuliah yang diajarkannya kepada kami. Aku sendiri sangat terkesan terhadap konsep kemandirian yang sering diajarkan kepada kami. “Apakah kalau kita tidak memiliki alat ukur, lantas kita tidak boleh mengukur,” kira-kira begitu kata Pak Ali kepada kami di ruang belajar Laboratorium Mekanika Tanah, pada suatu ketika. Kami terdiam mendengar kalimat seperti itu, lantas,”kita buat metode sendiri dengan standar yang berlaku seperti panjang, waktu, dan temperatur,”  katanya lagi. Memang Pak Ali mampu menggerakkan pola pikir banyak mahasiswa yang dibimbingnya sehingga lebih berani mengatasi masalah.

Sebagai Ketua Laboratorium Mekanika Tanah (Mektan), Pak Ali banyak membuat alat ukur sendiri, salah satunya alat ukur permeabilitas. “Standar tetap mengacu kepada penemu terdahulu,” katanya. Dengan keberanian Pak Ali mendesain beberapa alat pengujian tanah, banyak jenis pengujian tanah yang dapat dilakukan mahasiswa di Laboratorium Mekanika Tanah. Kondisi ini cukup membantu mahasiswa yang mengikuti matakuliah Mektan. Tidak cukup dengan itu, Pak Ali juga membuat buku pedoman praktikum yang bertujuan memudahkan mahasiswa.
Buku Pedoman Praktikum Mektan
Karya M Ali Ismail
Para petugas laboratorium juga cukup patuh dan banyak menyerap ilmu dari Pak Ali. Mereka cukup terampil mengarahkan bahkan membimbing mahasiswa tatkala praktikum dalam suasana keakraban. Ada Bang Saleh, Junaidi, Kak Nur, Kak Jur dan Bang Muhadi yang cukup betah menunggu mahasiswa praktek hingga sore. Aku berfikir bahwa mereka juga merupakan pahlawan pendidikan yang memberi banyak kontribusi terhadap lahirnya para ahli teknik yang baru.

Dalam membimbing pembuatan laporan, Pak Ali cukup lelah menambah pelajaran Bahasa Indonesia yang baik bagi mahasiswa. “Laporan yang kita buat mesti dapat dimengerti semua orang yang membaca,” kata Pak Ali. “Oleh karenanya, gunakan Bahasa Indonesia yang baku sesuai standar yang berlaku,” lanjutnya. Hampir tak pernah Pak Ali mematahkan semangat mahasiswa dalam bentuk apapun, kecuali manakala mahasiswa tertentu melakukan kecurangan. Suatu kali, Rachmatsyah tidak dapat menyerahkan laporan tugas akhirnya sesuai jadwal yang telah disediakan Pak Ali karena mahasiswa bimbingannya ini sibuk bekerja di Blang Padang, menyelesaikan arena PKA-3. “Anda pilih salah satu, menyelesaikan tugas akhir atau PKA,” tanya Pak Ali. “Dua-dua pak,saya tidak punya uang untuk selesaikan kuliah,” jawab Rachmatsyah disambut cengang Pak Ali ke wajah Rachmat. Karena Pak Ali kerap memberi pencerahan kepada kami tentang konsep “jangan merugikan orang,” Pak Ali berupaya memberi solusi terhadap kasus Rachmatsayah. “Kalau begitu saudara atur jadwal konsultasi sendiri dan dibimbing oleh beberapa rekan yang telah yudisium, serta beli buku Bahasa Indonesia dengan Ejaan Yang Disempurnakan,” kata Pak Ali. Rachmat-pun menerima solusi ini dengan senang hati.

Selaku Ketua Program Bidang Studi Geoteknik, Pak Ali banyak membantu mahasiswa dalam membuat outline tugas akhir. Tiada sukar bagi Pak Ali dalam membangun pola pikir mahasiswa yang mengkonsultasikan judul tugas akhir berikut sistematika penulisan. Setelah beberapa kali intens bertemu dengannya, biasanya mahasiswa telah mampu mengembangkan tulisannya sendiri. Banyak lagi karya Pak Ali yang belum terungkap untuk membantu mahasiswa menyelesaikan studi. Semoga niat dan upaya Pak Ali untuk kebaikan civitas akademika Fakultas Teknik Unsyiah menjadi amal di sisi Allah SWT.    

1 komentar:

  1. "Gajah mati meninggalkan gading, Harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama." Orang yang sudah meninggal pasti akan dikenang sesuai dengan perbuatannya di dunia. Terima kasih atas penilai postifnya terhadap ayahanda kami, "zul syukri ali ismail"

    BalasHapus